Langsung ke konten utama

Is It Difficult? : When a physicist tries to be a chemist

Menempuh pendidikan di bidang ilmu fisika murni mungkin membuat kepala saya didominasi oleh perhitungan sederhana mengenai alam, umumnya sebagai scholars dari ilmu alam murni cenderung mempelajari alam dan menjelaskannya secara teoritis dengan matematika sebagai persamaan dalam perhitungannya. Para fisikawan jarang melakukan penemuan berupa peralatan baru dengan teknologi tinggi, namun mereka berusaha memberikan kontribusi dengan membentuk sebuah konsep dan prinsip kerja alam dalam kasus-kasus yang didiskusikan, pada akhirnya persamaan-lah yang digunakan oleh para engineer untuk menghasilkan tekonologi baru.

Baiklah, setelah membicarakan secara singkat mengenai fisika, mari kita berbicara mengenai kimia. Apa yang dipelajari oleh kimia murni pada dasarnya sama dengan fisika murni. Jika para physicist bekerja dengan mematematikakan alam (kata dosen saya), maka chemist juga bekerja dengan menganalisa alam. Hanya saja, perlu diperhatikan bahwa fisika dan kimia sangatlah berbeda. Sesuai namanya, fisika memandang segala gejala alam secara fisik, apa yang terlihat baik mikro maupun makro dan kebenarannya dibuktikan mengunakan teori dan persamaan. Namun, kimiawan melihat lebih jauh, sebagai contoh, dalam teori atom dan ikatannya, kedua bidang ilmu ini sama-sama mempelajari atom dan ikatannya, apa yang membedakan keduanya adalah fisika melihat atom sebagai materi bermassa dan mengamati bagaimana massa ini bergerak lalu bertumbukan dengan membawa energi tertentu sedangkan kimia mereka akan melihat bagaimana ikatan antar atom dapat tercipta. Pada dasarnya mereka mempelajari hal yang sama, tapi tidak melihatnya dengan cara yang sama.

Saya pernah berbincang singkat dengan mahasiswa master dari School of Engineering, Tohoku University, Jepang. Dia menanyakan pada Saya mengenai pendidikan yang Saya tempuh. Pada saat itu Saya baru saja lulus dan disebut Graduate namun memiliki status sebagai internship student di salah satu universitas di Taiwan. Saat Saya menjelaskan bahwa Saya adalah sarjana fisika murni yang sedang intern di sebuah laboratorium dengan ilmu dasarnya kimia, dia sangat terkejut. Apa yang dia katakan adalah 'Itu pasti sangat sulit bagi kamu untuk memahaminya', bukan karena Saya bodoh, tetapi semua ilmu di dunia ini butuh waktu yang lama untuk dipelajari. Mengingat fisika dan kimia merupakan dua fokus ilmu yang berbeda, meskipun keduanya berada dalam lingkungan yang sama, yaitu ilmu alam.

Lantas bagaimana jadinya jika seorang pelajar fisika mempelajari kimia? atau sebaliknya?. Tentu saja hal ini tidak mudah, bahkan bisa dikatakan sulit. Mungkin bagi pelajar kimia yang kurang menyukai perhitungan yang begitu rumit akan kewalahan dan mudah menyerah saat berhadapan dengan kasus-kasus fisika. Begitu pula dengan peajar fisika, juga akan kesulitan dalam mengenali berbagai jenis struktur kimia dari material-material yang berbeda. Berdasarkan pengalaman Saya yang pernah mencoba mempelajari kimia, Saya benar-benar merasa tidak tahu apa-apa dan terlihat seperti orang bodoh, mungkin untuk kasus perhitungan tidak ada kesulitan sama sekali, mengingat kimia tidak mempunyai perhitungan yang begitu rumit dibandingkan fisika. Namun, bagi Saya memahami struktur dan ikatan dari berbagai jenis bahan di muka bumi ini beserta dengan perubahannya adalah hal yang cukup rumit.

Selama program unternship berlangsung, Saya pernah menjumpai beberapa orang dengan tanggapan yang berbeda. Seperti yang Saya sebutkan sebelumnya, mengenai pembicaraan Saya dengan mahasiswa master dari Jepang, mereka dan beberapa orang lainnya memahami dan mampu mengerti bahwa seorang physicist yang  sedang berusaha menjadi chemist merupakan hal yang sangat sulit. Akan tetapi, di sisi lain ada pula beberapa orang (umumnya mereka yang berpikiran kimia adalah segalanya dan merupakan ilmu paling penting) beranggapan bahwa kami para physicist merupakan orang bodoh saat kami tak memahami chemistry. Saya pernah berada dalam kondisi tersebut, dimana tanpa memandang bahwa mereka adalah physicist, seorang chemist dengan mudah mengatakan dia bodoh hanya karena tak mengerti chemistry dengan baik.

Apa yang bisa kita pahami dari pengalaman ini adalah bahwa setiap ilmu di dunia adalah penting, selama ilmu-ilmu tersebut bermanfaat bagi alam dan kemaslahatan makhluk. Pendidikan yang tinggi tak selayaknya menjadi alasan kita untuk menghina ilmu orang lain, karena setiap orang memiliki posisi dan porsinya masing-masing. Terkadang kita lupa bahwa sebelum menjadi dewasa dan berdiri sendiri kita hanyalah seorang bayi yang bahkan berjalan pun tidak bisa. Karena itu, saat kita menjadi dewasa, sudah sepatutunya kita mengajarkan bayi lainnya untuk berjalan bukan memarahinya hanya karena ia masih merangkak.


Topik tulisan ini bersumber dari pengalaman pribadi Saya, saat berada di kondisi dimana Saya harus memperlajari kimia sedangkan Saya adalah seorang sarjana fisika murni. 


N: Jangan sungkan untuk comment dan bertanya ya saudara...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup Di Taiwan

Salam semua...!!! Dalam tulisan kali ini Saya akan berbagi mengenai biaya hidup di Taiwan, khusus untuk kota Tainan di sekitar National Cheng Kung University. Biaya yang akan Saya bagikan di sini adalah biaya hidup mulai dari tempat tinggal hingga transportasi. 1. Tempat tinggal     Untuk tempat tinggal ada beberapa pillihan seperti, apartemen dengan grade yang berbeda-beda, rumah susun, asrama kampus dengan grade yang berbeda-beda pula. Untuk rumah susun biasa dengan keadaan yang tidak begitu mewah (tapi layak tinggal), biaya yang perlu dibayar hanya sekitar 4000-6000 TWD (tergantung keadaan rumah), apartemen mulai dari 4000-5500 dan  asrama mulai dari 2000 hingga 6000 TWD. Seperti yang Saya sebutkan sebelumnya, setiap tempat tinggal memepunyai grade yang berbeda-beda, karena Saya tinggal di asrama kampus selama ini, jadi infromasi yang paling Saya ketahui adalah biaya tinggal di asrama. Di NCKU terdapat beberapa asrama, diantaranya Sheng Li, Cing Yeh, Kuang Fu dan Prince. Saya p

The First Time Study Abroad : National Cheng Kung University,Tainan, Taiwan

Salam semua, Kali ini Saya akan berbagi cerita singkat mengenai pengalaman Saya belajar di luar negeri untuk pertama kalinya. Sebenarnya, ini tidak hanya menjadi pengalaman belajar di luar negeri pertama bagi Saya, tapi juga menjadi kali pertamanya Saya jauh dari rumah, karna sebelumnya Saya menempuh pendidikan di tanah kelahiran Saya, Aceh. Kota Tainan, Taiwan Letak kota Tainan Selama 6 bulan Saya akan berada di Taiwan, tepatnya kota Tainan untuk program singkat yang dibiayai oleh TEEP @Asia Plus Scholarship. Saya tidak sendiri tentunya, ada 2 orang teman Saya lainnya yang juga mengikuti program yang sama dengan Saya, tapi Saya satu-satunya perempuan dari Indonesia dalam program ini. Program ini tidak memberikan status student bagi Saya, karna ini merupakan program magang, dimana Saya akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang ada di tempat Saya magang nantinya (TKW elitt.. lah ya). National Cheng Kung University, Medical College Program internship ini dilak

Travelling in Taiwan: 12 Hours in Taichung

12 September 2018 Perjalanan kali ini berbeda, selain karena Saya pergi bersama dengan seluruh peserta internship, tapi juga karena ini pertama kalinya Saya bepergian menggunakan kereta cepat, biasanya hanya menggunakan bus atau kereta listrik biasa, harap maklum itu adalah bentuk penghematan (hihi). Lalu bagaimana sekarang? apa ke Taichung Saya tidak hemat? tentu saja sangat hemat, karena Saya dan seluruh labmates Saya pada hari itu dibiayai oleh Professor (YEAYY). Saya bersama dengan labmates Saya melakukan kunjungan ke salah satu perusahaan yang cukup besar di Taichung yaitu BIONIME, salah satu produk unggulan mereka adalah glucose meter portable . Dalam kesempatan ini kami mendapatkan banyak ilmu pengetahuan secara langsung bagaimana proses fabrikasi alat tersebut dilakukan. Sungguh pengalaman yang mengesankan. Meskipun telah menggunakan teknologi robot dalam fabrikasinya, tenaga manusia masih tetap dipertahankan, mereka membutuhkannya untuk memastikan bahwa produk mereka tidak m