Langsung ke konten utama

Doa di Sore Hari-ku

Tak mudah!!!, pasti itu yang terlintas saat kita membicarakan hidup, dan ini benar adanya. Hampir semua orang realistis setuju bahwa hidup bukanlah hal yang mudah untuk dilewati.

Pagi hari, saat dimana semangat masih terisi full harus menjadi alasan kita untuk tersenyum. Setidaknya itu yang Aku lakukan, mensyukuri nafas yang masih menderu . Tanpa rasa syukur itu, maka tak akan pernah ada senyum dan tawa di wajah kita. Aku tak menyangkal bahwa hidup itu sulit, Aku benar menyadarinya, betapa tidak mudahnya bertahan untuk tetap berdiri menggunakan kaki sendiri di dunia ini. Namun, ambisi dan cita-cita menjadi alasan mengapa Aku harus tetap berdiri. Itu yang membuatku benar merasakan hidup.

Well...
Dalam tulisan kali ini Aku hanya akan sedikit Flashback bagaimana caraku mempertahankan semangatku selama menempuh pendidikan S1 dulu.

Jujur, Aku adalah salah satu dari sekian banyak mahasiswa yang tertekan di awal semester pertamaku. Beban sebagai penerima beasiswa yang menuntut nilai berada dalam range tertentu membuatku takut dengan setiap tugas, ya Aku takut salah, gagal dan nilai anjlok. 3 bulan pertama hari-hariku sebagai mahasiswa benar-benar kacau. Aku merasa tidak maksimal dalam berbagai hal, Aku takut kalah dengan teman-teman sekelasku yang lebih Aku anggap sebagai musuh. Hingga akhirnya, Aku menyadari akan semua alasan dan mimpi-mimpi yang Aku tuliskan dulu. Apa yang kulakukan? Aku menuliskan semua mimpiku di kertas beserta dengan cara yang Aku pikir bisa membuatku meraihnya, lalu kutempel semua itu di kamarku tepat dimana saat Aku terbangun itu yang terlihat pertama kali. Sederhana saja, Aku hanya ingin mengingatkan diriku sendiri akan semua ambisiku dari dulu, dengan begitu Aku hidup.

Sunset di Pantai Alue Naga, Darussalam, Banda Aceh  
(photo was taken by Quratul Aini)

Lambat tapi pasti, pribadiku yang lebih baik terbentuk, Aku menjadi lebih mengerti apa itu mimpi dan cita-cita. Aku tak pernah iri akan prestasi dari teman-temanku, karena setiap orang mempunyai posisi dan porsinya masing-masing. Bayangkan jika semua orang di dunia ini menjadi pemain bola, siapa yang akan menjadi penonton?, begitu pula dengan keadaan kita. Perubahan demi perubahan terus terjadi dalam pola pikirku, keadaan yang mengharuskanku untuk bekerja sambil kuliah demi mencukupi dana penelitian menjadikanku anak yang lebih dewasa. Pada dasarnya bisa saja Aku meminta uang pada ibuku, namun Aku tak ingin membuat dia pusing hanya karena masalah kecil yang masih bisa Aku selesaikan. Jika Aku masih mampu, akan tetap kulakukan. Hingga, pergi pukul 7 pagi dan pulang di malam hari pukul 9 menjadi kebiasaanku, walau hanya mendapatkan jatah tidur 3 hingga 4 jam tiap harinya Aku masih tetap bisa tersenyum dan bersyukur. Karena keyakinanku pada tuhanku tak pernah menggoyahkanku, Aku yakin semakin sulit jalan yang Aku alami, maka semakin indah hasil yang Aku peroleh nantinya, dan itu sepadan. Bahkan saat Aku menghadapi hal yang sangat menguji kesabaran dan kekuatanku, hingga berpikir untuk menyerah, Aku kembali mengingat, bagaimana janji Allah sangat nyata terhadap hambaNya, karena itu saat masalah besar datang, saat itu juga Aku menunggu kebahagiaan yang akan tiba setelahnya.

Pagi hari kumulai dengan semangat yang selalu terisi penuh, melewati setiap hal dengan senyum tipis tanpa ketakutan dibaliknya. Hingga sore hari tiba, di saat hari lelahku berakhir, selalu ada doa yang kukirimkan pada Tuhanku melalui hati, 'Ya Allah, Aku bersyukur akan satu hari yang berhasil kulewati lagi, tak peduli apa itu, bantulah Aku ikhlas melewatinya, dan izinkan Aku menatap langit yang berbeda suatu hari nanti'. Tak pernah ada hari tanpa kata-kata itu, hingga satu per satu ambisi dan mimpi sederhanaku menjadi kenyataan.

Sungguh, tidak ada yang begitu mudah di dunia ini dan tidak ada pula yang begitu sulit bagi orang-orang yang yakin dalam berjuang.
Q.A.S.
2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup Di Taiwan

Salam semua...!!! Dalam tulisan kali ini Saya akan berbagi mengenai biaya hidup di Taiwan, khusus untuk kota Tainan di sekitar National Cheng Kung University. Biaya yang akan Saya bagikan di sini adalah biaya hidup mulai dari tempat tinggal hingga transportasi. 1. Tempat tinggal     Untuk tempat tinggal ada beberapa pillihan seperti, apartemen dengan grade yang berbeda-beda, rumah susun, asrama kampus dengan grade yang berbeda-beda pula. Untuk rumah susun biasa dengan keadaan yang tidak begitu mewah (tapi layak tinggal), biaya yang perlu dibayar hanya sekitar 4000-6000 TWD (tergantung keadaan rumah), apartemen mulai dari 4000-5500 dan  asrama mulai dari 2000 hingga 6000 TWD. Seperti yang Saya sebutkan sebelumnya, setiap tempat tinggal memepunyai grade yang berbeda-beda, karena Saya tinggal di asrama kampus selama ini, jadi infromasi yang paling Saya ketahui adalah biaya tinggal di asrama. Di NCKU terdapat beberapa asrama, diantaranya Sheng Li, Cing Yeh, Kuang Fu dan Prince. Saya p

The First Time Study Abroad : National Cheng Kung University,Tainan, Taiwan

Salam semua, Kali ini Saya akan berbagi cerita singkat mengenai pengalaman Saya belajar di luar negeri untuk pertama kalinya. Sebenarnya, ini tidak hanya menjadi pengalaman belajar di luar negeri pertama bagi Saya, tapi juga menjadi kali pertamanya Saya jauh dari rumah, karna sebelumnya Saya menempuh pendidikan di tanah kelahiran Saya, Aceh. Kota Tainan, Taiwan Letak kota Tainan Selama 6 bulan Saya akan berada di Taiwan, tepatnya kota Tainan untuk program singkat yang dibiayai oleh TEEP @Asia Plus Scholarship. Saya tidak sendiri tentunya, ada 2 orang teman Saya lainnya yang juga mengikuti program yang sama dengan Saya, tapi Saya satu-satunya perempuan dari Indonesia dalam program ini. Program ini tidak memberikan status student bagi Saya, karna ini merupakan program magang, dimana Saya akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang ada di tempat Saya magang nantinya (TKW elitt.. lah ya). National Cheng Kung University, Medical College Program internship ini dilak

Travelling in Taiwan: 12 Hours in Taichung

12 September 2018 Perjalanan kali ini berbeda, selain karena Saya pergi bersama dengan seluruh peserta internship, tapi juga karena ini pertama kalinya Saya bepergian menggunakan kereta cepat, biasanya hanya menggunakan bus atau kereta listrik biasa, harap maklum itu adalah bentuk penghematan (hihi). Lalu bagaimana sekarang? apa ke Taichung Saya tidak hemat? tentu saja sangat hemat, karena Saya dan seluruh labmates Saya pada hari itu dibiayai oleh Professor (YEAYY). Saya bersama dengan labmates Saya melakukan kunjungan ke salah satu perusahaan yang cukup besar di Taichung yaitu BIONIME, salah satu produk unggulan mereka adalah glucose meter portable . Dalam kesempatan ini kami mendapatkan banyak ilmu pengetahuan secara langsung bagaimana proses fabrikasi alat tersebut dilakukan. Sungguh pengalaman yang mengesankan. Meskipun telah menggunakan teknologi robot dalam fabrikasinya, tenaga manusia masih tetap dipertahankan, mereka membutuhkannya untuk memastikan bahwa produk mereka tidak m